1000 Warna, 1000 Cerita: Cinta 5270400 detik part I

Thursday, February 2, 2012

Cinta 5270400 detik part I

Semua orang bilang kalau Petra itu bermimpi. Tapi Petra bersumpah apa yang dialaminya barusan bukanlah sebuah mimpi seperti yang dikatakan teman-temannya.
“Gue brani taruhan kalo yang gue temuin tadi di taman itu emang malaikat!” seru Petra menggebu-gebu.
“hahahahah.... Lo kesambet apa sih pagi-pagi gini? Makanya kalo mau lari pagi itu ajak-ajak gue dong.. udah gaak ngajak-ngajak, larinya di taman dekat rumah sakit pula. Jangan-jangan yang lo liat itu bukan malaikat tapi dedemit!! Hahahha...” sahut Rendra yang lengsung ditimpali oleh Petra dengan sebuah pukulan dikepalanya.
“pokoknya itu malaikat. Mana ada dedemit yang putih bersih dan secakep dia..” tutur Petra sambil membayangkan sosok sang malaikat yang diceritakannya....
........................................................
Pagi itu Petra terbangun dari tidurnya karena sebuah keributan di ruang keluarganya.
 “lagii???” erang Petra sambil merutuk dalam hati.
Dilihatnya jam weker di samping tempat tidurnya. Baru jam 3 pagi dan kedua orang tuanya sudah memulai ‘Perang Dunia’ yang sudah keberapa kali dirumahnya. Ingin rasanya Petra menangis yang juga entah untuk kesekian kalinya tapi dia mengurungkannya.’ Untuk apa aku menangis untuk mereka?’ Pikir Petra dalam hati. Yap, dia memang cewek yang sangat kuat. Seperti namanya, Petra.Petra yang setegar karang dilautan. Namun sekuat-kuatnya Petra,dia tidak pernah bisa menahan tangis kalau sudah menyangkut kedua orangtuanya. Petra menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“ahh, untuk apa aku mengingat-ingat masa lalu.. lebih baik aku pergi  lari pagi saja” kata Petra dan segera beranjak dari tempat tidurnya dan bersegera bergantian pakaian training.
Setelah berganti secara kilat, Petra turun ke ruang keluarga dari lantai dua. Di tangga, dia sudah bisa mendengar topik pertengkaran orang tuanya. Topik yang sama dalam beberapa bulan ini.
“mas, kamu itu yang harusnya bisa memperhatikan Laluna!! Kamu kemana aja selama ini?” seru mamanya berapi-api
“jaga mulut kamu! Aku itu kerja tahu! Untuk kamu, Petra dan Laluna. Kamu itu yang tidak becus menjaga anak sampai......................”
“cukuuupp!! Kamu jangan membahas itu lagi! Aku muak sama kamu, Mas!” mama Petra pun berlari ke kamar dan membanting pintunya dengan keras.
Petra yang melihat kejadian itu hanya ngeloyor pergi begitu saja dan tanpa berpamitan. Petra merasa dia memiliki kehidupan diluar sana selain dirumahnya sendiri.
........................................................
Setelah berjalan cukup jauh, Petra memasang earphone di telinganya dan memutar sebuah lagu dari playlist-nya. Seketika itu juga seluruh dunia Petra terfokuskan pada lagu sepeda-nya Ran.
Asyiknya bila bersepeda
Mengelilingi kota Jakarta..

‘memang gue gak lagi ngegowes tapi tetep aja ini bisa dibilang keliling-keliling kan’ pikir Petra sambil tersenyum dan kembali menikmati lagu tersebut.
Langkahnya membawa dia ke sebuah taman yang terletak di depan jalan poros perumahan elite tempat Petra tinggal. Taman ini memang salah satu tempat paling strategis di kota tempat tinggal Petra. Perumahan elite di selatan taman dan tepat di depannya didirikan rumah sakit dengan fasilitas mewah. Di sekitar taman ini juga banyak kaki lima yang berdagang dari sore sampai malam. Benar-benar tempat yang pas untuk dijadikan tempat tinggal. Taman itu berukuran sedang dengan model elips simetris. Di sekeliling taman terdapat jalan setapak yangberputar mengikuti bentuk taman. Di tengah-tengahnya banyak ditumbuhi pohon-pohon dan bunga warna-warni. Di dalam taman juga disediakan bangku-bangku panjang untuk berleha-leha sejenak setelah capek berkeliling taman.
Petra duduk disalah satu bangku ditaman itu dengan sesekali meneguk sebotol air yang dibawanya dari rumah. Dinikmatinya pandangan yang ada disekitarnya sekedar menghilangkan beban yang ada dipikirannya.
“mengapa mereka harus selalu bertengkar seperti itu?” pikir Petra dalam hati. Tanpa terasa air mata jatuh menetes dari konjungtivanya dan membuat Petra memejamkan mata. Seketika juga sekelebatan masa lalunya yang indah bergantian mengisi tempat utama di pikiran. Masa lalunya saat mereka masih keluarga yang lengkap dan damai..... sebelum kejadian yang menimpa Laluna.... Mengingat Laluna selalu membuat hati Petra sakit. Petra sangat kehilangan kakaknya yang manis dan selalu ceria. Kalau Petra punya masalah, hanya Laluna yang selalu menenangkan dan meredam emosi Petra yang memang sering muncul. Air mata yang lebih banyak kembali merebak dan mengalir ke pipi Petra. Tanpa disadari Petra, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya di balik pohon yang terlindung. Orang itu pun dengan perlahan mendekati Petra saat air mata menetes dipipinya yang putih bersih.  Orang itu duduk disebelah Petra dan secara spontan menghapus air mata Petra dengan sapu tangan. Petra yang sejak tadi memejamkan mata dan melamunkan Laluna sontak saja kaget saat dia merasakan kelembutan sapu tangan dipipinya. Dia membuka matanya dan........
 yaa Tuhaaannn.. apa dia salah satu malaikatmu yang kau turunkan ke Bumi? Orang di hadapannya adalah seorang pria dengan kulit putih bersih, hidung mancung dan postur tegap seperti tubuh pada atlit. Wajahnya pun seperti campuran antara Indonesia dan bangsa di Eropa. Pria itu mengenakan celana jeans serta kaos polo T-shirt yang pas ditubuhnya dan menonjolkan postur tubuh pria itu.Sosok yang mendekati sempurna di mata Petra. Tapi Petra segera menghilangkan kegugupannya dan mengingat apa yang akan dilakukannya pada pria tidak tahu sopan santun ini.
“siapa lo!!! Berani-beraninya main pegang-pegang pipi orang!!” seru Petra namun tidak menghilangkan nada takjubnya melihat pria di depannya.
                Pria itu hanya tersenyum dan berkata, “gadis manis tidak boleh menangis di pagi hari karena langit juga akan mendung melihat dia bersedih”. Setelah berbicara seperti itu, pria itu lalu beranjak pergi dan meninggalkan Petra yang sukses menganga 3 cm plus ketakjuban yang amat angat. ‘gilaa.. masih ada yah cowok yang seperti itu..’

........................................................

No comments:

Post a Comment

Twitter

Facebook Badge